Bahkan, musim ini Mourinho terancam menjadi manajer Premier League pertama yang dipecat. Nasibnya telah menjadi pertaruhan.
Masalah internal yang sering dikeluhkannya adalah soal kebijakan transfer. Mourinho merasa manajemen MU justru mempersulitnya dengan tidak mengeksekusi dengan baik daftar belanjaan pemain yang dibuatnya.
Di luar masalah internal, ada masalah yang sesungguhnya lebih besar. Masalah besar dari tetangga, yakni Manchester City.
Manchester City ditukangi Pep Guardiola, musuh bebuyutan Mourinho di LaLiga. Tampaknya, Mourinho melatih MU di saat yang tidak tepat, bersamaan dengan Guardiola melatih ManCity.
Menurut Goal.com (17/8/2018), Guardiola ternyata punya ambisi khusus ketika menerima pekerjaan menjadi manajer Manchester City. Dia ingin mengubur dominasi MU era Sir Alex Ferguson.
"Kami punya tetangga yang dalam 15 atau 20 tahun selalu menjadi juara. Saya kira, tantangan terbesar saya sebagai manajer adalah merevolusi hal itu," kata Guardiola.
Mourinho harus segera menyadari adanya ancaman ini. Fokusnya harusnya tak lagi ke soal internal bagaimana mengatasi soal kebijakan transfer.
Tokh, Mourinho pernah membawa Porto berjaya dengan pemain seadanya. Bukankah kala itu tidak banyak pemain sehebat skuatnya sekarang yang sudah diisi pemain bintang seperti Paul Pogba, David De Gea, Alexis Sanchez dan sejumlah pemain top lainnya?
Mourinho harus segera menyadari itu. Merefleksi bagaimana dulu dia bisa sukses di Porto kemudian sukses di Inter Milan dan membawa kesuksesan itu ke MU.
Mourinho harus segera sadar bahwa memiliki kekuatan itu. Bila tidak, ramalan bakal menjadi manajer pertama yang terbuang dari Premier League musim ini bisa menjadi kenyataan.
Bila Morinho bisa mengulang lagi kesuksesan dengan fokus pada bagaimana meracik strategi dari pemain yang ada, ambisi Guardiola mengubur kejayaan MU era Sir Alex tidak mungkin terwujud. Tapi, kalau manajer MU seperti sekarang ini, ya bagaimana lagi?
sumber